MEMBANGUN
KEMAMPUAN
ALIANSI
STRATEGIS
I. Apa dan Bagaimana Aliansi
Strategis itu ?
Strategic alliance atau Aliansi strategis adalah sebuah
hubungan yang saling menguntungkan dalam jangka
panjang antara dua peserta atau
lebih untuk suatu tujuan bersama .
Aliansi strategis merupakan sebuah hubungan sinergis jika dua atau
lebih organisasi bekerjasama dalam
aktivitas bisnis bersama dengan masing-masing membawa keunggulan dan kemampuan
organisasinya dalam kerjasama yang saling menguntungkan.
Aliansi strategis terdiri dari
berbagai bentuk dan ukuran , mencakup
kerjasama dari kontrak sampai kerjasama equity . Berbagai bentuk Aliansi strategis telah banyak
dijelaskan, termasuk didalamnya oleh Porter and Fuller tahun 1986 (“International
Coalitions”), atau oleh Jarillo tahun 1988 (“Strategic Network”).
Type dari Aliansi Strategis :
A. Type Kontrak :
v Lisensi maupun Cross lisensi
v Waralaba (Franchising)
v Kerjasama penelitian dan
pengembangan
v Manajemen Kontrak
v Proyek “Turnkey”.
B. Equity :
v Entitas baru
o Independent Joint Venture
o Dependent Joint Venture
v Entitas lama
o Pembelian saham equity
o Equity swap
Sebuah aliansi strategis bisa berhasil dan menguntungkan bagi perusahaan
ditentukan oleh keberhasilan menjalankan Empat langkah proses yaitu :
1. Penyusunan Strategi aliansi
Penyusunan strategi meliputi studi
kelayakan aliansi, tujuan aliansi (objektive and
rationale), Fokus pada masalah mendasar beserta tantangannya, strategi
persiapan dan pembentukan sumberdaya manusia, teknologi dan
peralatan produksi.
Penyusunan strategi aliansi
ini membutuhkan sinkronisasi antara
tujuan aliansi dengan strategi total perusahaan .
2. Penelitian calon perusahaan
rekanan aliansi
Penelitian perusahaan yang akan diajak
beraliansi (calon rekanan aliansi) meliputi :
v Penyiapan kriteria seleksi bagi
calon rekanan aliansi.
v Analisa potensi keunggulan dan kelemahan calon rekanan,
v Penyusunan strategi untuk mengakomodasi gaya kepemimpinan perusahaan rekanan aliansi.
v Meneliti motivasi rekanan untuk
beraliansi.
v Meneliti kesenjangan sumber daya
dan kemampuan rekanan aliansi yang mungkin ada.
3. Negosiasi kontrak
Negoisasi kontrak aliansi strategis meliputi :
v Penentuan tujuan yang realistik
bagi seluruh peserta aliansi.
v Pembentukan team
negoisasi yang unggul.
v Penentuan kontribusi masing-masing
rekanan aliansi .
v Penentuan klausul pemberhentian kontrak,
penentuan hukuman bagi rekanan yang berkinerja buruk.
v Penegasan prosedur hukum yang jelas
dan dimengerti seluruh peserta kontrak dan dicatat dengan jelas dalam
kontrak.
4. Pengoperasian aliansi
Dalam pelaksaan operasi aliansi dibutuhkan komitmen
dari manajemen puncak untuk
mencari dan menentukan sumber daya yang unggul,
yang akan dipakai untuk pengoperasian aliansi, penyusunan strategi
prioritas anggaran dan sumberdaya, pengukuran kinerja aliansi dan penentuan
reward kinerja.
Berbagai macam keuntungan bila mengadakan aliansi strategis :
v Meningkatkan kemampuan pendanaan dalam pengembangan serta riset produk dan mengurangi resiko kerugian yang timbul
bila gagal dalam melakukan inovasi.
v Mengurangi product lead time (delivery time) dan meningkatkan nilai tambah produk bagi
konsumen.
v Kemampuan untuk saling membagi ketrampilan dan asset yang tidak mudah
dibangun bila masing–masing perusahaan berdiri sendiri.
v Akses pengetahuan dan keahlian diantara perusahaan (transfer teknologi).
v Segera meningkatkan skala ekonomi dan
bisnis perusahaan.
v Meningkatkan kredibilitas dan image
produk perusahaan.
v Meningkatkan standardisasi teknologi bagi industri dan standardisasi ini
akan menguntungkan bagi aliansi.
v Meningkatkan daya saing perusahaan,
perluasan pasar maupun peningkatan pangsa pasar aliansi .
II. Joint Venture: Trend
dekade aliansi saat ini
Adalah Napoleon Hill dalam bukunya “Think and Grow
Rich” menuliskan :
"You must
understand how quickly people
grant your requests when those requests appeal to their self-interest...
…You can have
practically anything you go
after."
Demikian juga dalam pembentukan aliansi
strategis, maka kepentingan atau motivasi
calon rekanan aliansi harus bisa diketahui dan bisa diyakinkan
bahwa kepentingannya akan dapat dipenuhi dengan aliansi bersama kita.
Jika rekanan aliansi merasa sangat tertarik, karena
kepentingannya dapat dipenuhi dengan beraliansi maka aliansi bisa segera di
mulai dengan tetap bisa memenuhi kepentingan kita sepenuhnya.
Salah satu type aliansi strategis yang banyak dijalankan karena terbukti
banyak menghasilkan keuntungan bersama adalah Joint Venture.
Joint venture, menurut Chris Rempel adalah :
"A joint venture is a
mutually beneficial partnership between two or more parties with complimentary
resources."
Aliansi
strategis seperti Joint venture ini telah diketahui sebagai cara yang paling
cepat saat ini untuk dapat meningkatkan
bisnis sebuah perusahaan, meningkatkan pangsa pasar dan meraih konsumen lebih
banyak dalam jangka waktu yang tidak mungkin dapat dikejar oleh sebuah perusahaan
manapun, jika sendirian .
TMEIC-GE adalah Perusahaan Joint venture antara
Toshiba , Mitsubishi electric dan General Electric USA. Toshiba dengan keunggulan produk electronic
yang berkualitas dan harga bersaing, Mitsubishi dengan produk Drive yang unggul
bersama-sama bergabung dengan GE yang mempunyai keunggulan software berikut
kemampuan Finansialnya . Aliansi
strategis ketiga perusahaan tersebut
melalui TMEIC-GE telah menjadi perusahaan Elektrical kontraktor yang bisa
bersaing melawan kompetitornya di USA seperti Siemens, Allen Bradley, Rockwell maupun perusahaan sejenis lainnya.
Bill gates adalah contoh orang yang
berhasil membangun joint venture , yang
membuatnya menjadi orang yang terkaya di dunia saat ini.
Bill Gates menegosiasikan kesepakatan dengan IBM, bahwa setiap Personal
Computer (IBM-PC) akan dipre-install dengan system operasi dari Microsoft (MS
DOS), Tapi dengan kondisi bahwa Microsoft akan terus selamanya bisa menjadi pengembang
software-software pada IBM PC. Kondisi ini telah memberikan
“Positioning” yang dibutuhkan bill gates
untuk bisa meraih keuntungan saat pasar Personal Computer melambung tinggi.
Dan akhirnya, pasar PC betul-betul
meledak ketika IBM dan perusahan “IBM Clone” seperti Compaq memulai memproduksi
masal personal computer dalam jumlah jutaan.
Joint Venture ini telah membuat Microsoft dari vendor kecil software
menjadi perusahaan software terbesar di dunia .
Microsoft mempunyai product software,
IBM dan Clonenya (Compaq) telah mempunyai pasar personal computer, Joint
venture mereka telah menghasilkan keuntungan bersama , konsumen mendapatkan
produk personal computer yang mudah dioperasikan (user friendly) dengan O/S
dari Microsoft, harga yang kompetitif karena diproduksi massal, IBM dan
clonenya bisa melipatgandakan pasarnya dan Bill gates pun kemudian menjadi
Trilyuner sebelum dia berusia 31 tahun.
Joint venture telah menjadi trend aliansi abad ini , persaingan yang ketat
dan perkembangan teknologi elektronika yang berkonvergensi dengan
telekomunikasi dan komputasi telah mendorong timbulnya banyak aliansi, beberapa
hal yang sangat kita kenal adalah
aliansi antara :
v Sony dengan Ericsson
v BenQ dengan Siemens
v IBM dengan Lenovo
Pada aliansi BenQ dengan Siemens, Konsumen sekaligus mendapat image
keunggulan produk siemens dan harga kompetitif dari BenQ.
Hal ini akan sulit terjadi bila siemens, tanpa aliansi, mencoba
meningkatkan efisiensi biaya produksi dengan membuka pabrik di China, seperti
yang pernah terjadi , siemens telah
memproduksi Circuit breaker dan sejenisnya di China, ternyata hal ini telah membuat
image produknya sebagai produk kelas dua,
jika diketahui oleh konsumen bahwa country of origin circuit breaker
adalah dari negeri china.
III.Pentingnya membangun
kemampuan aliansi perusahaan
Lebih dari lima belas tahun lalu joint venture
sangat sedikit jumlahnya dan terbatas ruang lingkupnya. kompetisi produk saat
itu sederhana, hampir semua perusahaan tidak memerlukan peningkatan
kapabilitasnya untuk bisa bersaing dengan efektif, differensiasi kadang sudah
cukup, Perusahaan yang kekurangan kapasitas produksi punya cukup waktu untuk
bisa meningkatkan kapasitas produksinya
atau juga bisa dilakukan dengan
membeli perusahaan lain melalui akuisisi.
Dengan kemajuan teknologi yang pesat dan globalisasi, telah menyebabkan batas-batas pasar industri
yang tidak jelas. Dibutuhkan peningkatan
kapabilitas dengan segera , bila ingin tetap bisa mempertahankan posisi pasarnnya maupun meraih
keuntungan dari kesempatan yang ada di pasar dunia yang sedemikian transparan.
Peningkatan kapasitas dengan akuisisi adalah cara yang mahal,
menurut John R. Harbison and Peter Pekar Jr. Ph.D :
“Acquisitions were an expensive way to access specific
capabilities beyond those traditional to your industry, because you were buying
the baby and the bath water -- paying for a lot of unneeded capabilities and
often getting involved in managing businesses outside your area of expertise.”
Tekanan globalisasi dan teknologi telah meningkatkan aktivitas aliansi
disemua industri dalam berbagai type aliansi dan situasi. Menurut John R.
Harbison and Peter Pekar Jr. Ph.D, dalam
dua tahun terakhir ini lebih dari 20.000 Corporate aliansi telah dibentuk
didunia dan justru separoh lebih
merupakan aliansi diantara Kompetitor .
Dari Survey John R Harbisson dan Peter Pekar Jr. Ph.D , diketahui bahwa :
1. Corporate aliansi atau joint venture telah konsisten
menghasilkan Return On Invesment hampir 17 % bagi 2000 perusahaan didunia
dalam satu dekade. Ini berarti 50%
lebih dibanding rata-rata Return On Invesment dari semua perusahaan.
2. Dua puluh lima perusahaan FORTUNE 500 yang paling aktif mengadakan aliansi, telah
terbukti berhasil meningkatkan 17,2 % Return On Equity atau 40% lebih
banyak dibanding rata-rata Return On Equity dari perusahaan yang masuk FORTUNE 500.
3. Dua puluh lima perusahaan dalam FORTUNE 500 yang tidak aktif beraliansi hanya mempunyai
rata-rata Return on Equitiy sebesar 10.1 %
.
Dalam hidup ini kita semua belajar, hampir sebagian besar belajar dari
pengalaman, dan hampir semua kasus pembelajaran akan jadi pelajaran bagi diri sendiri. Dilain pihak kita tidak banyak tertarik untuk
belajar dari orang yang sudah lebih dulu punya pengalaman. Demikian juga manajemen perusahaan biasanya
hanya belajar dari kesalahan sendiri, Menurut riset dari John R. Harbison and
Peter Pekar Jr. Ph.D dapat diketahui bahwa hampir semua perusahaan yang aktif
melakukan aliansi, sudah mengetahui bahwa, “Learning by doing”, belajar dari pengalaman, adalah cara
yang sudah kuno .
Seorang eksekutif yang praktis bisa
bicara bahwa tidak ada yang lebih baik daripada belajar dari pengalaman.
Dari sudut pandang tertentu pernyatan itu benar, tapi Sebuah Aliansi strategis terlalu berat taruhannya bila ditangani oleh
manajemen yang tidak cukup berpendidikan dan pengetahuan..
Hewlett-Packard adalah sebuah perusahaan
yang diketahui lebih awal mengetahui pentingnya untuk mencatat
semua kesuksesan aliansinya. Hewlett-Packard mengetahui bahwa aliansi
adalah element penting dalam strategi pertambahan nilai.
Antara akhir tahun 1980an dan awal tahun 1990an, Senior managemen Hewlett
Packard memberi kesempatan bagi para managernya untuk menghadiri seminar-seminar yang
diajarkan di sekolah-sekolah bisnis.
Saat itu, dalam tingkatan perusahaan, belum ada yang benar-benar berpikir
tentang kebocoran teknologi, komitmen equity, mekanisme keluar krisis, isu tata kelola (GCG)
dan isu-isu lainnya.
Saat ini Hewlett Packard telah mengembangkan program terbaik yang digerakan
secara internal maupun eksternal. Secara
internal dilakukan program pengembangan dan pemeliharaan melalui sesi training, studi kasus internal ,
mencari sukses factor, tool kits, check list dan assessment internal.
Semua materi ini kemudian (secara external) dikaji ulang oleh rekanan aliansi,
kemudian dibandingkan dengan keberhasilan perusahaan lain.
Hewlet-Packard secara eksternal juga meningkatkan kemampuan managernya
dengan mengadakan studi-studi kasus keberhasilan dari perusahaan diluar lainya.
Masih banyak hal yang harus dilakukan untuk membuat sebuah institusi
mempunyai ketrampilan dalam melakukan aliansi, Booz-Allen & Hamilton telah
membuat 100 set tool untuk membantu klien dalam membentuk aliansi yang
sukses.
Ada tiga contoh cara yang bisa dipakai untuk menyebarkan pengetahuan dan
pengalaman aliansi kepada karyawan atau
manager perusahaan :
v Electronics
network :
Website Xerox adalah contoh dari electronic network yang bisa
dipakai untuk meningkatkan kemampuan aliansi , situs ini berisi kiat-kiat (best Practices), Kebijaksanaan perusahaan
(policies), dan list dari pakar-pakar aliansi baik internal maupun eksternal
dan tersedia khusus buat karyawan inti perusahaan.
v Seminar berkala :
Hewlett-Packard, sebagai contoh, telah
mengadakan 50 kali 2-hari seminar
per tahun untuk mendidik 1000 eksekutifnya.
v Resipositories pengetahuan aliansi :
FORD Motor Company , IBM dan The Dun & Bradstreet Corporation telah membuat resipositories (database,library) agar setiap manager
diantara ketiga perusahaan tersebut bisa saling mengakses pengetahuan dan
ketrampilan aliansi dan bisa saling
melakukan assistansi dalam aliansi.
Menjadi pertanyaan bagi kita semua , seberapa jauh PT. Krakatau Steel secara
institusi mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan aliansi
strategis.
Mari kita lebih aktif dan cerdas dalam melakukan aliansi strategis, karena
telah terbukti dari data diatas bahwa sebuah perusahaan semakin aktif melakukan
aliansi, semakin cepat perusahaan tumbuh
dan berkembang dengan lebih
menguntungkan dan efisien.
Setiap kesuksesan aliansi strategis akan jadi
kesuksesan yang terus berulang dengan aliansi berikutnya, jika
pengetahuan dan ketrampilan aliansi
bukan hanya menjadi kemampuan individu tertentu tetapi menjadi
menjadi kemampuan, ketrampilan dan kecerdasan perusahaan
secara keseluruhan sebagai sebuah institusi.
Apakah usaha kita untuk mengadakan
aliansi sudah benar-benar matang dalam strateginya ? dan bisa
menguntunkan krakatau steel secara corporated ? bisa menjadi market leader
kembali di pasar baja Nasional ? dan menguntungkan semua share holder ..bukan
cuma menguntungkan mitra aliansi yang berasal dari negara asig tersebut ?
dengan aliansi strategis , effort kita menjadi ringan , tidak terlalu besar
jika dikerjakan sendirian , karena jika perlu investasi besar pun, kita bisa
berbagi, juga bisa berbagi resiko,
berbagi pengalaman, berbagi sumber daya
dan kalau berhasil,..….. dapatkah
kita bayangkan keuntungan yang akan kita raih ?
“Wealth
is when small efforts produce big results. Poverty is when big efforts produce
small results.” - George David
Tidak ada komentar:
Posting Komentar